Jaya Coffee Roasters is tasting coffee. Photo: pourmorecoffee.com

Jaya Kopi Memulai Bisnis Roastery dari Ruang Gym

Terompet kuning keemasan dia letakkan di atas papan berpigura. Seperti terompet bekas, karena ujung mouth piecenya sudah tidak ada. Jaya Merta Gunawan memang penggemar barang antik. Interior kedai Jaya Kopi dihiasi barang-barang unik dan tua.

Kedai kopi ini terdiri dari dua ruangan yang tak terlalu besar. Satu ruangan selayaknya tempat ngopi; berisi meja bar di salah satu sudutnya dan sisa ruangan dijajari meja dan kursi. Satu lagi ruangan roastery, dengan dua mesin roasting besar, masing-masing berkapasitas 5 kg. Aroma kopi sudah menjadi ciri khas tempat ini.

Jaya Kopi, begitu dia dikenal, agak lumayan santai sore itu. Mengenakan kaos dan celana pendek ia masih asyik menata barang antik koleksi barunya.

Jaya Coffee and the antique horn. Photo: pourmorecoffee.com

“Awalnya, sebagai atlet body building, saya minum kopi setiap kali mau olahraga,” ujarnya, membuka cerita awal mula ia mempunyai kebiasaan minum kopi.

Sebagai mahasiswa pendidikan olahraga, di kampusnya, Jaya Kopi memperoleh pengetahuan tentang cara menjaga kesehatan tubuh. Salah satunya tentang pentingnya asupan nutrisi yang baik. Kandungan kafein kopi adalah zat yang membantu mempercepat proses metabolisme.

“Saya minum kopi setiap mau latihan precutting di ruang gym,” ujarnya. Ini sangat membantunya lebih maksimal dalam membentuk otot dengan latihan angkat beban yang butuh energy ekstra.

Genap empat tahun kuliah, meski menyandang Sarjana Pendidikan Olahraga, Jaya Merta Gunawan malah lebih tertarik untuk mendalami kopi daripada menjadi guru.

Kopi adalah salah satu passionnya selain olahraga.  Pada 2015 ia memilih bekerja di The Daun Café, kedai kopi sekaligus roastery di area Canggu, Kuta Utara.

Disana ia banyak belajar tentang kopi dari Bli Gede, manager kedai kopi itu. Bli Gede adalah sosok yang terhitung punya kontribusi dalam membawanya lebih dalam ke dunia kopi.

Ukuran pigura sepertinya agak kebesaran, membuatnya agak bingung mengatur posisi terompet antiknya. Tapi ia tetap asyik mengepas-ngepas.

Jaya Coffee is steaming milk. Photo: pourmorecoffee.com

“Waktu itu belum banyak tempat pelatihan kopi, apalagi sekolah untuk barista,” katanya melanjutkan obrolan santai sore itu.

Jaya Merta Gunawan tak mau setengah-setengah mendalami kopi. 2017 Ia memutuskan mengambil kursus tiga hari di Caswell’s Coffee, di Jakarta. Salah satu tempat pelatihan kopi dari sedikit penyedia training barista yang ada kala itu.

“Bayarnya mahal, tapi ga masalah. Memang sudah niat,” ujarnya mantab.

Berbekal pengetahuan dan pengalaman yang didapat dari tempat kerja dan pelatihan, Jaya memberanikan diri menjalankan bisnis roastery. Jaya Coffee Roasters, begitu ia menamai.

Saa itu, mesin roasting pun belum punya, masih numpang roasting di tempat orang. Awalnya menyuplai roasted beans ke beberapa kedai kopi milik teman dan relasi.

Melihat perkembangan kedai kopi yang mulai marak, Jaya Kopi memberanikan diri membeli mesin roasting. Pesanan roasted beans semakin banyak.

Selain itu, Jaya Kopi juga kerap diminta membantu teman, untuk memberikan pelatihan seputar kopi. Awalnya melatih barista di kedai kopi milik teman-temannya, kemudian mulai beberapa kampus pariwisata memintanya menjadi trainer.

Di sini ia mulai menyadari jika kuliahnya di fakultas pendidikan guru olahraga tidak sia-sia. Nyatanya, ia bisa berdiri di depan kelas menjadi pengajar. Bahkan, kini, pelatihan kopi menjadi salah satu layanan bisnisnya.

Melihat kegigihannya menjalankan usaha roastery, pada 2019 Bli Gede mengajaknya berkolaborasi membuka kedai kopi sekaligus roastery. Menyewa kios di daerah Nyuh Kuning, Ubud. Mereka membagi tugas. Bli Gede yang menghandle kedai kopi, sedang Jaya yang mengurusi roasterynya.

Usaha kopi rupanya terlihat sangat menjanjikan. Jaya Kopi menggandeng satu teman lain untuk membuka coffee shop yang mereka namakan “Chill and Jamming” di kawasan Monkey Forest. Itu adalah salah satu area pusat keramaian pariwisata Ubud.

Namun, perjalanan usaha yang tampak begitu menjanjikan itu terbentur ujian berat. Awal 2020, pandemic COVID-19 melanda dunia. Semua usahanya terhenti dan merugi.

“Saya jual seluruh peralatan kopi. Hanya menyisakan satu mesin kopi dan mesin roasting,” kenangnya.

Ia pindahkan mesin roasting dan mesin kopi ke gudang, tempat menyimpan biji kopi, yang sudah ia sewa untuk jangka waktu lama. Sementara ia tidak mungkin memperpanjang sewa kios kedai kopinya di saat nyaris seluruh kegiatan ekonomi terhenti.

Jaya Coffee is doing latte art. Photo: pourmorecoffee.com

Di awal masa pandemic Jaya ketakutan untuk beraktifitas di luar, apalagi menjalankan bisnis roastery. Anak pertamanya baru berusia 3 bulan. Virus COVID-19 sedang ganas-ganasnya, tentu Jaya tak ingin mengambil risiko yang membahayakan keluarga.

Pandemic COVID-19 seperti membekukan seluruh dunia. Tapi, tak disangka, ada beberapa kedai kopi di kawasan Canggu dan Ubud yang masih beroperasi dengan hati-hati. Karena sering ada razia dari aparat keamanan, demi mencegah penyebaran virus berbahaya itu.

Jaya memberanikan diri menjalankan roasterynya, meski untuk melayani pesanan yang sangat kecil. Tempat roasterynya sekaligus dia fungsikan sebagai kedai kopi.

“Setiap hari ada saja pesanan, meski hanya dua sampai tiga kilogram roasted beans,” ujarnya, mengenang ujian kesabaran yang dia alami.

Ia mesti mondar-mandir dari Ubud-Canggu menggunakan sepeda motor untuk mengantar pesanan biji kopi. Mesti pintar-pintar mencari rute untuk menghindari blockade jalan di sana-sini.

Sungguh tidak mudah. Tapi semua kesulitan itu ia coba hadapi dengan segala daya upaya yang semampunya.

Mental pekerja keras dan pantang mundur menghadapi kesulitan dia teladani dari sang mentor bisnis yang tak lain kakak sepupunya; Jaens Supputera. Di saat pandemic sedang hebat-hebatnya sang mentor masih bisa menjual sambal ke seluruh Indonesia.

Jaens Supputera bukanlah penjual sambal. Dia adalah pemilik bisnis Jaens Spa di kawasan Pengosekan, Ubud. Namun, di masa pandemi, ia dengan gesit dan kreatif beralih menjual sambal. Kreatifitas dan kegigihannya menjadi inspirasi bagi Jaya Kopi.

Saat pandemic sudah berakhir dan perekonomian mulai pulih, Jaya Kopi lebih leluasa menjalankan usah roastery kopinya.

Jaya Coffee is preparing espresso. Photo: pourmorecoffee.com

Bahkan tahun 2023 ini usahanya makin berkembang. Kini sudah tiga bisnis kedai kopi yang ia punyai. Baik yang dia bangun sendiri, mengakuisisi kedai pihak lain, atau pun bisnis kolaborasi dengan relasinya. Seluruh bisnisnya mempekerjakan 15 karyawan.

Jaya Merta Gunawan meyakini prospek bisnis kopi di Ubud, Bali masih sangat prospektif. Menurutnya, selain pertumbuhan kedai di Ubud terhitung massif, kini banyak restauran yang menambahkan kopi dalam daftar menunya.

“Kalau dulu kopi di restaurant disajikan seadanya, sekarang mereka cenderung mulai lebih serius membuat menu kopi,” ujarnya.

Itu artinya kebutuhan supply roasted beans juga akan terus meningkat. Jaya Kopi sudah mulai menargetkan dalam lima tahun ke depan sudah bisa membangun pabrik untuk roastery kopi yang lebih besar.

Ia berharap, di lokasi pabrik roasterynya kelak bisa dijadikan outlet aneka kopi dari seluruh Indonesia, tak hanya Kopi Bali. Menjadi tempat edukasi dan sosialisasi tentang kopi nusantara.

“Saya ingin bisa mengenalkan aneka macam kopi Indonesia kepada tamu-tamu asing yang datang,” ujarnya menutup obrolan santai sore itu. Bermula kebiasaan Jaya Merta Gunawan menyeruput kopi di ruang gym, kini justru menjelma menjadi sebuah bisnis coffee roastery yang berjaya.

Follow Jaya Coffee Roasters di Instagram @jayacoffeeroasters

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses