I Nyoman Meidika adalah salah satu barista perintis, ketika kedai kopi specialty baru ada di Ubud, Bali. Itu pun dimulai dari gerobak kopi yang berjualan di pinggir jalan.
Berawal dari ajakan Rodney Glick, seorang seniman dan penggemar kopi, I Nyoman Meidika mulai belajar kopi. Rodney yang lebih dahulu memiliki pengetahuan lebih baik tentang kopi, mengajaknya bersama-sama mendalami kopi specialty.
Pada mulanya Rodney membuka kedai kopi kaki lima menggunakan sebuah gerobak di Jl Raya Mas, Gianyar, pada 2008. Menggunakan alat manual brew seadanya, menamai kedai sederhana itu Seniman Coffee. I Nyoman Meidika bekerja di sana.
Begitulah cerita sekilas I Nyoman Meidika merintis karier sebagai barista di saat kopi specialty belum populer di Ubud. Saya mendengarkan ceritanya sembari menikmati seduhan V60 Arabica Java Ijen yang masih hangat.

Cuaca siang itu memang agak gerah. Meski November sudah memasuki periode musim hujan, namun perubahan iklim membuat cuaca sulit diprediksi. I Nyoman Meidika, biasa dipanggil Bli Dika Barista, sedang asyik mengutak-atik kepingan filter mesin kopi yang ada di tangannya.
“Mampet. Mesinnya tua, sudah lama ga dipakai,” ujarnya.
Bli Dika bukan sembarang barista. Ia juga lihai memperbaiki mesin kopi yang bermasalah. Sekian lama bergelut dalam dunia kopi memperkaya pengetahuan dan skillsnya di bidang ini.
Di sela-sela kesibukan kedai kopi Iraga, yang berlokasi dekat pintu masuk kawasan pusat Ubud itu, ia masih sudi mengobrol ringan, berbagi cerita. Ini adalah kedai kopi tempatnya bekerja sekarang, setelah beberapa kali pindah tempat kerja bak petualang.
“Rodney suka menggunakan barang recycle. Bahkan coffee dripper pun ia buat dari kaleng yang dilobangi dengan paku,” ujarnya, menunjukkan betapa mantan bossnya itu memegang value yang spesifik dan kuat untuk kedai kopi tempatnya mengawali karier.
Sembari kuliah di Sekolah Perhotelan Bali (SPB), sebenarnya Bli Dika sudah bekerja sebagai bartender di sebuah hotel di Ubud. Namun, perkenalannya dengan kopi membuatnya makin tekun belajar sambil bekerja di kedai kopi specialty kaki lima itu.
Kesempatan belajarnya makin terbuka saat kedai kopi berkembang baik. Pertengahan 2009, Rodney menyewa tempat yang lebih layak di Jl Sriwedari, Ubud, dan mereka berpindah ke sana.
Pelanggan makin ramai, hal ini menuntut alat kopi yang lebih mumpuni dan modern. Secara bertahap mereka membeli mesin kopi yang lebih baik. Bli Dika Barista pun dituntut untuk semakin menguasai keahlian dalam pengoperasian mesin dan pengetahuan tentang pengelolaan bar kopi.
2013 Bli Dika belajar ke Bonissimo Coffee Roaster di Perth, Australia untuk mengikuti pelatihan sambil merasakan langsung suasana keseharian bar kopi yang modern. Ia belajar banyak tentang dasar-dasar keahlian barista kopi dari mentor kopi Aiden Broderick. Dari sana, Ia membawa pulang tak sekadar ilmu pengetahuan tentang kopi, tapi juga pengalaman berada di balik bar kopi yang terorganisir secara baik.

Sepulang dari Perth, Bli Dika banyak ditugaskan untuk memberikan pelatihan kepada para barista internal Seniman Coffee maupun klien pengguna produk Seniman Coffee. Kala itu Seniman Coffee sudah merambah bisnis coffee roasting yang menyuplai banyak kedai kopi.
Bli Dika Barista banyak belajar tentang roasting dari Rodney, yang sebelumnya memperoleh pelatihan dari Taiwan, negara asal ia membeli mesin kopi.
Setelah lima tahun bekerja di Seniman Coffee, 2014, ia mengambil rehat sejenak. Dia merasa perlu mencari suasana baru dan menyaksikan dari luar kedai kopi keren yang turut ia besarkan.
Tak terlalu lama ia berkelana dan mengambil jarak dari Seniman Coffee, hatinya sudah terlalu rindu. Ia memutuskan kembali ke kedai kopi tempatnya mengawali karier.
Awal Maret 2015, ia ditawari kembali ke Seniman Coffee oleh Rodney Glick. Karena Seniman Coffee sudah dengan suasana kerja yang baru, dan keahlian Bli Dika dalam memberikan pelatihan sangat dibutuhkan.
Ia merasa pulang kembali ke rumah, karena memang dari Seniman Coffee memulai terjun di bidang kopi.
Tak hanya memberikan pelatihan, Bli Dika juga terus memperoleh kesempatan untuk mengupgrade skills dan pengetahuan kopinya. Misalnya berguru kopi kepada senior Q Grader Adi Wicaksono Taroepratjeka pemilik 5758 Coffee Lab. Banyak wawasan baru seputar kopi ia dapatkan dari sana.
Passionnya pada kopi tak melulu pada biji kopi dan hasil seduhannya, tapi juga pada mesin kopi.
“Saya selalu mendampingi teknisi yang sedang diminta memperbaiki mesin kopi yang rusak,” tuturnya.

Tak sekadar mendampingi tapi juga merangkap menjadi asisten sementara. Dengan begitu ia secara langsung mengenali komponen mesin dan cara kerjanya. Bahkan, ia bisa memperbaiki trouble-trouble kecil yang umum terjadi pada berbagai mesin kopi.
Seorang rekan Rodney dari Perth dipercaya untuk mengelola sebuah kedai kopi di kompleks kedutaan besar di Dili, Timor Leste. Kebetulan kedai kopi itu membutuhkan mesin kopi. Rodney menawarkan untuk membeli mesin kopi bekas pakai dari Seniman Coffee.
Singkat cerita, mesin kopi dikirim ke Timor Leste. Namun, sepertinya, jasa ekspedisi yang mengirimkan barang tidak menghandle paket besar itu dengan baik. Mesin diterima di Timor Leste dalam kondisi terbalik, sehingga banyak komponen mesin yang terendam sisa cairan.
Berbekal kemampuannya memperbaiki kerusakan mesin kopi, Bli Dika ditugaskan ke Timor Leste untuk mengatasi masalah itu.
“Semua peralatan yang saya bawa ditahan di imigrasi,” ujarnya menceritakan pengalaman yang cukup membuatnya panik.
Untungnya di Timor Leste bisa menyewa seluruh peralatan yang dia butuhkan untuk memperbaiki mesin kopi yang rusak.
Dua bulan tinggal di negeri yang baru merdeka dari Indonesia itu. Ia banyak punya kenalan baru di sana yang hingga kini menjadi teman baik. Ia baru pulang kembali setelah mesin kopi sudah benar-benar berfungsi baik.
Tapi Timor Leste memberikan kesan tersendiri buat Bli Dika. Pada suatu hari dia mesti kembali lagi ke sana untuk misi mulia: melatih barista menjadi juara.
Suatu ketika Timor Leste menyelenggarakan event festival kopi yang berisi aneka acara. Salah satunya kompetisi barista. Bli Dika diminta memberikan pelatihan dan pendampingan barista dua minggu menjelang kompetisi diadakan.
Tidak sia-sia, barista yang dilatihnya menjadi juara pertama kompetisi barista di Timor Leste. Sungguh pencapaian yang sangat membanggakan.
Obrolan kami terjeda sejenak. Ia berpaling ke arah meja bar, memberikan kode, memesan segelas orange juice untuk mengusir udara gerah siang itu. Tak lama minuman pesanannya diantarkan ke meja. Menyeruput minuman dingin itu, lalu ia lanjut bercerita.
Pada 2018 Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) di bawah Kementerian Ekonomi, mengadakan program sertifikasi barista di Jakarta. Bli Dika mencoba ikut serta, karena sertifikat keahlian yang dia punya baru dari Bonissimo Coffee Roaster, Perth, Australia.
Peserta dari Bali hanya dia seorang diri. Ujian teori tak terlalu sulit ia lewati. Namun, saat ujian praktik menggunakan mesin kopi, Bli Dika sempat dibuat grogi. Ia diarahkan ke sebuah mesin espresso merk Conti yang sama sekali belum pernah ia gunakan. Karena hampir semua peralatan kopi di Seniman Coffee menggunakan produk Taiwan.
Syukurlah, berbekal pemahamannya pada sistem kerja mekanik mesin kopi, ia bisa melalui test praktik dengan baik. Banyak peserta yang gagal di ujian praktik karena tidak familiar dengan mesin kopi yang tersedia. Bli Dika dinyatakan lulus ujian sertifikasi.
Itu adalah ujian sertifikasi yang ketat. Hanya sedikit peserta yang lulus. Atas keberhasilannya, Bli Dika dibebaskan untuk liburan di Jakarta selama 2 minggu penuh. Tapi, tetap dengan tugas menyenangkan, menjelajahi kedai-kedai kopi terbaik di Jakarta.

“Setiap hari saya minimal mengunjungi dua coffee shop,” ujarnya.
Setidaknya ada 25 kedai kopi yang ia kunjungi. Kesempatan itu ia gunakan untuk berbincang dengan para barista yang dia jumpai di sana. Tak lupa membeli beberapa kantong biji kopi untuk dijadikan seduhan gratis bagi para pelanggan di Seniman Coffee.
Setelah sekian lama bekerja di Seniman Coffee, Bli Dika mulai merasakan perlu mencari tantangan baru. Ia ingin melanjutkan petualangannya dan menjelajahi lebih jauh dunia kopi.
Lepas dari Seniman Coffee, Bli Dika dihire oleh mereka yang mengetahui kapasitasnya sebagai barista dan pengelola bar kopi professional. Ia diminta mendampingi beberapa kedai kopi baru yang akan beroperasi.
Salah satunya kedai De Potrek Coffee di daerah pariwisata Bromo, Jawa Timur. Bli Dika diminta membantu setup kedai kopi itu hingga beroperasi. Tapi, dia memang tak mau berlama-lama di sana. Begitu De Potrek Coffee sudah berjalan baik, ia pamit untuk kembali berkelana menemukan tantangan baru.
Pada 2019 Bli Dika memperoleh tawaran untuk membantu mengupgrade kedai kopi Iraga. Kedai kopi, yang adalah bagian dari Supermarket Delta ini, kini menjadi tempatnya berlabuh.
Di sini ia dipercaya sebagai Executive Barista sekaligus trainer. Kedai kopi ini bahkan sudah berkembang sebagai salah satu coffee roastery penyuplai banyak kedai kopi di Ubud.
Bli Dika kembali menikmati orange juice icenya sembari sesekali memandang ke sisi jalan yang ramai kendaraan, dari balik kaca kedai kopi. Sementara kopi di gelas saya sudah tandas.
Menurutnya, pertumbuhan banyak kedai kopi yang marak di Ubud menandakan pasar kopi specialty sudah semakin baik. Salah satu indikasinya, dia menyaksikan kebanyakan pelanggan sudah tidak menambahkan gula pada kopi yang diminumnya. Ini sangat berbeda saat ia mulai terjun di dunia kopi 2008 lalu.
Untuk rencana ke depan, Bli Dika sudah punya ancang-ancang membangun kedai kopi specialtynya sendiri, dalam satu atau dua tahun ke depan.
“Tempat sudah ada, peralatan kopi yang diperlukan juga sudah siap, tinggal menentukan timing yang tepat,” ucapnya mantab.
Di sela-sela kesibukan, Bli Dika masih melatih para calon barista di rumahnya. Ia ingin terus berbagi ilmu dan keahlian di bidang kopi setiap ada kesempatan.
“Sekarang sedang ada tiga orang yang belajar menjadi barista di rumah saya,” ungkapnya.
Bli Dika sepertinya tak hendak mengakhiri petualangannya di sini. Ia akan terus melompat kesana–kemari. Dengan begitu, ia bisa semakin jeli mencermati perkembangan kopi, memahami perilaku para penikmatnya dari segala sisi, dan terus berbagi.
Follow I Nyoman Meidika di Instagram @inyoman_meidika